Hetalia: Axis Powers - Taiwan

Sabtu, 30 Juli 2016

WANITA ITU…



Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu

Wahai Akhwat Tersayang,

“Pernahkah kalian menangisi si dia yang jelas-jelas bukan mahrom kalian?”
“Pernahkah kalian terlalu mengistimewakan ciptaanNya, padahal kalian sudah mengetahui bahwa si dia belum tentu jodohmu?”

Pertanyaan yang simple.
Hanya membutuhkan jawaban “iya” atau “tidak”, namun bagi si pendosa sepertiku ?
Pertanyaan itu sangatlah menyayat hati. Sulit sekali untuk menjawabnya.
Pertanyaan yang membuatku seperti tersengat aliran listrik. Lemas rasanya.

Diri ini pernah bahkan sering menangisi seseorang yang belum jelas kalau itu mahromku.
Bagaimana dengan kalian? Pasti pernah juga bukan? Tapi tenang, itu hal yang lumrah jika wanita disakiti.

Diri inipun pernah mengistimewakan ciptaanNya, berharap tidak akan kehilangannya. Namun sayang alurnya berbeda. Tidak sesuai dengan yang diharapkan. Lagi-lagi nangis yang dilakukan.

Tapi, cobalah renungkan…
Belum mengetahui bahwa si dia jodohku atau bukan, tapi bodohnya sudah ku relakan air mata untuknya.
Sudah ku buang waktuku untuk memuji dan mengistimewakannya, sedangkan Allah SWT yang telah memberikan segalanya ? Dilupakan begitu saja!

Sudah jelas dosa yang dilakukan, bukannya menangis karena dosanya melainkan menangis karena takut kehilangannya.
Sungguh dahsyat sekali tipu daya setan yang melenakan, sehingga kita terjerumus dalam lubang kenistaan dan kemaksiatan. Astaghfirullah!

Lagi dan lagi, hanya penyesalanlah yang akan di rasakan.

“MURAH”
Satu kata yang dianggap rendah oleh semua orang
Mereka menganggap bahwa murah itu tidaklah berkualitas
Mereka menganggap bahwa harga tidak akan pernah bohong.
Memang itu benar adanya.
Mari di simak baik-baik

Disini di ilustrasikan wanita itu seperti barang atau benda

Ilustrasi 1

Ibarat barang, harganya murah
Pasti laku terjual dan coba pikirkan juga pasti sering dipegang oleh sembarang orang ? Betul tidak ?
Begitupun dengan wanita, jika dia sudah laku (dalam artian mempunyai pasangan yang di dapat dengan cara yang diharamkan, sebut saja PACARAN) tanpa sadar pasti dia sudah di pegang, mulai dari pegang tangan, pegang bahu tanda ingin memeluk, dan pegang-pegang yang lainnya.

Berbeda dengan yang harganya mahal
Sekilas melihat harganya saja pasti ditinggalkan dengan alasan ‘duh uangku belum cukup untuk membelinya’
Bukan hanya itu, barang yang harganya mahalpun hanya orang-orang tertentu yang dapat membelinya
Sama seperti wanita, yang shalihah tidak akan mudah dimiliki sembarang orang, kecuali orang-orang yang sudah Allah SWT pilihkan untuknya.

Ilustrasi 2

Baca baik-baik yaaa….
(Wanita ? Seperti nangka vs mutiara)

Analogi simplenya, MENGAPA mereka begitu digandrungi ?

Ibarat nangka
Kamu pernah lihat nangka sudah kebuka kan ? Kalo kamu biarkan untuk tetap terbuka, tidak akan butuh waktu lama bakal dikerubungi lalat, iya tidak ?
Pertanyaannya :
“Lalat itu ngapain disitu?”
YAPS, DIA HANYA HINGGAP! Mengambil manisnya, udah kenyang ya dia pergi lagi
Tidak ada lalat yang datang ke sebuah nangka yang terbuka untuk mencari jodoh terus menikah disana, berumah tangga, beranak pinak, menetap, hidup bahagia, In Shaa Allah tidak ada kan ?

Ya sama seperti wanita yang tidak menutup auratnya
Banyak lelaki yang memandang bahkan HINGGAP SAJA seperti lalat tanpa ada niat untuk menghalalkannya.
Hanya menggunakan nafsu untuk kepuasan sesaatnya
Kalau sudah begini, siapa yang dirugikan ? Jelas wanitalah.
Sebelum yang halal menikmati, sudah dinikmati oleh mata yang masih haram

Nah, kalo mutiara
Sudah jelas ditutupi karang, pasti jelas juga masih terjaga, tidak sembarang orang yang bisa melihatnya atau mendapatkannya

Setiap wanita, pasti membutuhkan seorang pria tulus, faham agama, yang rela ngasih cintanya langsung ke kalian, serta mengajak kalian menyempurnakan setengah agamanya. BOOM! (Dalam artian menikah)

Mengambil mutiara dan mendapatkannya itu tidak mudah
Butuh perjuangan, mengorbankan waktu, tenaga, hingga nyawanya
Harus menyelam ke dasar lautan untuk mendapatkannya

Berbeda dengan nangka, yang mudah di dapatkan dari kebun tetangga atau kebun miliknya.

Kalau sudah mengetahui kedua ilustrasi tersebut, kalian ingin menjadi wannita yang seperti apa ?
Barang mahal atau murah ?
Nangka atau mutiara ?

Ingatlah selalu!!!
Wanita tercipta sebagai makhluk yang “mahal”. Karenanya, jangan menjual anugerah Allah dengan harga yang “murah”.

Mahalnya wanita dilihat dari dia bersikap
Dia akan memilih untuk tetap sendiri sampai halal dan menutup aurat hanya untuk si dia yang telah halal
Bukan yang dihalal-halalin padahal sudah jelas diharamkan
Bukannya di umbar ke semua mata pria yang sudah jelas belum ada segel halalnya


“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah wanita shalihah” (HR. Muslim)

Minggu, 24 Juli 2016

Subhanallah VS Masya Allah ( Dua Kata yang Sering Tertukar)


Assalamualaikum Sahabat Sesurgaku, semoga kalian akan selalu dalam lindungan Illahi Rabbi, Aamiin…

Biarkan orang lain menyebutnya ‘Sahabat Sehidup Semati’ sedangkan Aku menyebut kalian semua  ‘Sahabat Sesurga’. Alasannya karena yang mati (meninggal) belum tentu masuk surga, sedangkan yang masuk surga sudah pasti akan melewati fase kematian. Betul tidak ? Aku doakan, In Shaa Allah semuanya bisa masuk ke SurgaNya, Aamiin Allahumma Aamiin..

Islam itu agama yang sempurna, Islam pula mengajarkan kalimat yang baik dalam segala hal. Kalimat yang bertujuan agar kita selalu mengingat Allah serta senantiasa dekat denganNya.

Pada postingan kali ini akan menjelaskan 2 kalimat yang sering kali kita sebut namun banyak sekali yang salah kaprah. Kalimat apakah itu ? Ya, kalimat “Subhanallah” dengan “Masya Allah”. Mengapa Aku akan membahas ini ? Karena banyak orang disekeliling kita bahkan diri kita sendiripun masih sering tertukar bahkan keliru dengan kedua ungkapan tersebut.

Jika kita kagum serta takjub atas apa yang baru saja dilihatnya, kalimat apa yang paling tepat ? “Subhanallah” atau “Masya Allah” ??? Kebanyakan orang mengatakan ‘Subhanallah’ disaat melihat keindahan atau takjub atas apa yang baru saja dilihatnya. Namun, ada juga yang mengatakan ‘Masya Allah’ tapi tidak sebanyak orang yang mengatakan ‘Subhanallah’. Benar apa betul ? (coba dengar ucapan orang disaat melihat kita berubah atau komen orang saat statusnya membuat kita takjub, pasti yang dikatakan itu Subhanallah bukan Masya Allah)

Kata tersebut sering kali dijadikan dua kata yang sama tak ada bedanya. Oleh sebab itu, disini kita sama-sama belajar, sama-sama mengetahui apa bedanya dari kedua kata tersebut dan kapan kita akan mengucapkannya J

Sebelumnya, Aku ingin bertanya “Apasih arti dari Subhanallah dan Masya Allah itu ?”

Arti Subhanallah yaitu Mahasuci Allah sedangkan Masya Allah yaitu itu terjadi atas kehendak Allah. Dilihat dari artinya memang kita akan keliru, namun jika kita pelajari benar-benar maka kita akan tahu apa perbedaan dari keduanya.

Silahkan dibaca baik-baik ya sahabatku…                              

Dalam firman Allah SWT pada Surah Al Kahfi ayat 39 dijelaskan “Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu ‘Maasya Allah laa quwwata illa billah’ (sungguh atas kehendak Allah semua itu terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam harta dan keturunan”

Dalam surah tersebut diberitahukan bahwa kita seharusnya mengucapkan “Masya Allah”. Ucapan tersebut untuk mengembalikkan kekaguman kita kepada Allah disaat melihat hal yang baik nan indah, yang membuat kita takjub saat kita melihatnya. Itu salah satu ekspresi sekaligus pengingat bahwa semua itu terjadi hanya karena kehendakNya, bukan hanya karena usaha kita atau usaha orang lain. Memang kita yang merencanakan, orang lain yang membantu, namun balik lagi bahwa Allahlah yang akan menentukkan.
Bagaimana dengan ungkapan Subhanallah ? Kapan kita harus mengucapkannya ?

Penjelasan 1 :

Dalam Al Quran kalimat “Subhanallah” terdapat pada surah Al Mu’Minun ayat 91, Al Qashash ayat 68, Ash Shaffat ayat 159, Ath Thur ayat 43, dan Al Hasyr ayat 23.

Pada surah Al Mu’minun  ayat 91 dan Ash Shaffat ayat 159, kalimat “Subhanallah” disandingkan dengan “ammaa yashifuun” yang artinya Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan. Sedangkan dalam tiga surah lainnya, kalimat “Subhanallah” disandingkan dengan “ammaa yusyirukuun” yang artinya Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dari penjelasan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa kalimat “Subhanallah” digunakan untuk menyatakan kesucian Allah dan menyangkal hal-hal negatif yang dituduhkan orang-orang musyrik.
Untuk lebih memperjelas kapan kita mengucapkan “Subhanallah”, silahkan baca baik-baik penjelasan kedua ya sahabat sesurgaku J

Penjelasan 2 :

Dari Abu Hurairah, ia berkata “Suatu hari aku berjunub dan aku melihat Rasulullah SAW berjalan bersama para sahabat, lalu aku menjauhi mereka dan pulang untuk mandi junub. Setelah itu aku datang menemui Rasulullah SAW, beliau bersabda “ Wahai Abu Hurairah, mengapakah engkau malah pergi ketika kami muncul ?” Aku menjawab “ Wahai Rasulullah, aku kotor (dalam keadaan junub) dan aku tidak nyaman untuk bertemu kalian dalam keadaan junub. Rasulullah SAW bersabda “Subhanallah, sesungguhnya mukmin tidak najis.” (HR. Tirmizi).

“Sesungguhnya mukmin tidak najis” maksudnya, keadaan junub jangan dijadikan sebagai penghalang atau pembatas untuk bertemu dengan sesama muslim. Dalam Al Quran dijelaskan bahwa ungkapan Subhanallah digunakan dalam menyucikan Allah dari hal yang tak pantas/hal buruk (coba baca lagi penjelasan 1).

Namun hal berbeda, diungkapkan oleh Ustadz Zulfi Akmal, LC, MA yang saat ini berdomisili di Kairo, Mesir. Merurutnya, umat islam tidak perlu bingung dengan hal tersebut karena Subhanallah dan Masya Allah bisa diungkapkan kapan saja dan dalam kondisi apa saja.

Kembali dijelaskan bahwa Islam itu sangatlah sederhana, Ustadz Zulfi mengatakan “tidak perlu bingung atas kedua ungkapan tersebut”. Memang benar, tidak perlu dibingungkan apalagi diambil pusing atau yang lebih parahnya sampai memecahbelah silaturahmi yang telah terjalin hanya karena kedua ungkapan itu. INGAT !!! Islam itu sederhana dan Allah Maha Mengerti apa yang dimaksud hambaNya. Bagi yang sudah mengetahui perbedaan antara keduanya serta yakin atas perbedaan itu baiknya diucapkan sesuai kondisinya, bagi yang belum yakin tidak usah diambil pusing, coba pelajari lagi dan sharing sama yang lebih paham itu, In Shaa Allah akan mengetahui jalan keluarnya J


Jadi, kesimpulannya (diluar dari ungkapan Ustadz Zulfi), ungkapan “Subhanallah” dianjurkan ketika kita melihat sesuatu yang tidak baik atau hal buruk untuk menegaskan bahwa Allah SWT Maha Suci dari semua keburukan. Sedangkan ungkapan “Masya Allah” dianjurkan ketika kita melihat sesuatu yang indah karena keindahan atas kuasa dan kehendak Allah SWT. Lalu, apakah kita berdosa karena mengucapkan Subhanallah yang seharusnya itu Masya Allah atau sebaliknya ? In Shaa Allah tidak, Allah Maha Mengerti maksud perkataan hambaNya. Hanya saja, setelah kita mengetahuinya, baiknya mengucapkan sesuai kondisinya. Wallahu a’lam bishawab…

Jumat, 15 Juli 2016

PILIHLAH TEMAN !!! KARENA TEMAN MERUPAKAN PENENTU SIAPA DIRI KITA YANG SEBENARNYA~



By : Ukhty Herli

Assalamualaikum Sahabat Seimanku, semoga Rahmat Allah selalu tercurah kepadamu, Aamiin…
Afwan baru bisa nulis lagi. Dan Alhamdulillah masih dikasih kesempatan untuk nulis J Sebelumnya Aku mau ucapin “Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum, mohon maaf lahir dan batin. SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1437H. Semoga puasa yang dijalani selama satu bulan ini diterima oleh Allah SWT, Aamiin yaa Rabbal Alamiin”

Untuk postingan kali ini, Aku bukan ingin membahas THR atau kegiatan saat hari raya ya. Sama sekali bukan, bahkan tidak ada hubungannya dengan itu. Kali ini akan membahas peran teman terhadap diri kita, peran teman sebagai penentu siapa diri kita yang sebenarnya. Maka dari itu, pada postingan kali ini Aku beri judul “Pilihlah Teman! Karena Teman Merupakan Penentu Siapa Diri Kita yang Sebenarnya”

“Cari teman itu jangan pilih-pilih”
“Apa salahnya sih kalau jadi teman doang, semua kan bisa berteman” dan pernyataan lainnya.

Statement tersebut mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita, bahkan mungkin disekeliling kita banyak yang mengatakan itu. Aku kurang setuju, bahkan cenderung tidak setuju dengan statement itu.

Aku sempat membaca buku dari Rusdin S. Rauf dan Shally Novita yang berjudul “Taklukkan Takdirmu ! Mengubah Nasib dengan Mengaktifkan Gen Positif” 

Dalam buku tersebut bahwa peran teman sangatlah penting. Mengapa demikian ?
Teman merupakan bagian dari lingkungan terdekat kita setelah keluarga. Banyak orang cenderung lebih dekat dengan temannya daripada keluarganya. Bener apa betul ? Untuk itulah teman menjadi sangat penting bagi kehidupan kita. Mereka merupakan tempat kita berbagi suka juga duka.

“Seorang teman bisa membantu kalian melakoni amalan-amalan hebat yang memicu pahala dan surga. Di sisi lain, teman juga bisa menghalangi dirimu dari perjalanan menuju surga. Pengaruh teman terhadap diri kalian memang sungguh luar biasa, bahkan melebihi anggota keluarga. Inilah mengapa begitu penting untuk berhati-hati memilih teman.” (kutipan dari Ukhti Kanti)

Sebuah pepatah mengatakan “Berteman dengan penjual daging, kita akan berbau daging, dan berteman dengan penjual minyak wangi, kita akan berbau minyak wangi”.

Memang, kata-kata pepatah itu hanyalah sebuah kiasan. Namun, dalam Islampun dijelaskan 
“Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan yang buruk itu seperti pembawa minyak wangi dan pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak wanginya atau engkau membelinya atau akan mencium harumnya. Sementara pandai besi akan membakar bajumu atau engkau akan mencium bau yang tidak sedap” (Bukhari dan Muslim)

Pepatah serta hadist itu sama maknanya, hanya perumpamaannya saja yang berbeda. Tapi tak usah diperdebatkan, karena Islam itu sederhana, hanya manusianya saja yang terlalu mempersulit dengan rencana.
Makna dari pepatah dan hadist itu adalah kita hendaknya berhati-hati dalam memilih teman karena teman menjadi penentu siapa kita yang sebenarnya.

Cara Memilih Teman Yang Baik Secara Islam - Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

“Seseorang itu akan mengikuti agama temannya, karenanya hendaklah salah seorang diantara kalian mencermati kepada siapa ia berteman.”
[Hadits hasan, riwayat Tirmidzi (no. 2387), Ahmad (no. 8212), dan Abu Dawud (no. 4833), Berkata Abu Isa: Hadits ini hasan gharib]

Aku akan perjelas pepatah serta hadist tersebut dalam sebuah pernyataan yang merupakan sebuah contoh nyata bahkan sudah terlihat dan kita rasakan dalam sekeliling kita.

Roswitha-Stemmer Beer mengatakan semakin sering kita melakukan segala hal sendirian, semakin kita membutuhkan kehadiran teman. Pernyataan ini merupakan kelanjutan dari fitrah kita sebagai makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain untuk berbagi, membutuhkan teman agar tidak kesepian. Dan siapa teman kita yang akan menjadi penentu bagaimana tingkah laku kita. Jika Anda menjadikan seorang penjahat sebagai teman terbaik Anda, maka Anda akan menjadi penjahat. Jika Anda berteman dengan ahli ibadah, Anda akan menjadi ahli ibadah. Mengapa demikian ?

Saat kita menjadikan seseorang sebagai teman baik, kita akan lebih sering berkomunikasi dengannya. Awalnya hanya seminggu sekali kemudian hampir setiap hari berkomunikasi dan bertemu serta melakukan banyak hal bersama teman-teman kita. Jika teman kita  adalah ahli ibadah, maka setiap waktu shalat mereka akan mengajak kita untuk shalat. Awalnya, mungkin kita akan shalat karena ajakan teman, namun lama kelamaan kita menjadi mengerti fungsi shalat. Sehingga kemudian kita akan selalu mengerjakan shalat sesuai perintah agama.

Demikian juga sebaliknya. Jika kita berteman dengan orang-orang yang suka dugem, pencinta minuman keras dan lantai disko misalnya, maka kita akan terbawa oleh kebiasaan-kebiasaan mereka. Awalnya mungkin atas dasar hubungan baik, kita merasa tidak enak menolak tawaran teman untuk meminum-minuman keras, lama kelamaan kita akan menjadi terbiasa dan mulai sering mabuk-mabukan, keluar masuk diskotik dan sebagainya.

Sungguh ironisnya jika kita berteman dengan orang yang tidak baik.

Semoga kita semua didekatkan dengan orang yang baik, yang mengajak kepada kebaikan bukan mengajak kita kepada kemaksiatan. Wallahu a'lam bishawab...

Quote :
Lebih baik punya satu teman yang mengajakmu pada kebaikan daripada punya seribu teman tapi mengajakmu pada kemaksiatan.

Wassalamu’alaikum