Hetalia: Axis Powers - Taiwan

Senin, 15 Agustus 2016

PERBEDAAN GHIBAH & FITNAH




Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Wahai Sahabat Seimanku,

Bagaimana kabarnya ? Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan Illahi Rabbi, Aamiin...
Jika kita mendengar kata ghibah dan fitnah, rasanya kedua kata tersebut sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Benar tidak ? Sering kali kita dengar bahkan jumpai disekeliling kita. Baik itu ditujukkan untuk kita maupun untuk orang lain.

Pada postingan kali ini kita akan membahas perbedaan antara ghibah dengan fitnah.

Apasih perbedaan dari kedua kata tersebut ? Silahkan dibaca ya... 

Ghibah dan Fitnah, sebenarnya dua kata tersebut mempunyai arti yang beda-beda tipis. Bisa dikatakan sama tapi tak serupa. Persamaannya yaitu sama-sama membicarakan keburukan orang lain, sedangkan perbedaannya dilihat dari konteksnya, nyata atau tidak, asli atau palsu dan segala kata yang percis dengan itu.

Ghibah (menggunjing) merupakan salah satu perbuatan keji dan kotor. Perbuatan yang tidak bermoral, yang dimana seseorang memberitahukan atau menceritakan suatu keburukan atau aib kepada orang lain tanpa sepengetahuan orang yang dimaksudkan itu. Menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka jika hal tersebut disebutkan, baik soal  keadaan fisik, akhlak, harta serta tahta dan lain sebagainya.

Untuk melakukan hal tersebut, caranya pun bermacam-macam. Ada yang membeberkan aibnya tanpa pikir panjang, ada pula yang menirukan atau memperagakan gerak gerik serta tingkah laku orang yang dipergunjingkan. Naudzbubillah!

Ghibah, mengumpat, menggunjing merupakan  salah satu dosa besar. Bahkan Allah menyebutkan dalam Al Quran, bagi orang yang suka menggunjing atau menghibah itu diibaratkan dengan seseorang yang memakan bangkai saudaranya sendiri. Mencium bau bangkai tikus saja manusia sudah mual dan merasakan jijik, bagaimana dengan memakan bangkai saudaranya sendiri ? (coba bayangkan)

Allah berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah segala macam prasangka, sesungguhnya berprasangka dalam beberapa hal itu berdosa; dan janganlah kamu mencari-cari keburukan orang; dan jangan pula sebagian kamu mengumpat kepada sebagian yang lain. Apakah ada seseorang diantara kamu suka makan daging saudaranya yang telah mati ? Maka (tentu) kamu jijik memakannya. Dan bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Menerima Tobat lagi mencurahkan rahmatNya”  (QS. Al-Hujarat: 12)

Menurut Ali bin Abu Thalib seperti dinukil al maraghi  berkata, “Hindarilah pergunjingan (ghibah), karena ia adalah makanan anjing-anjing manusia.”

Orang yang suka melakukan ghibah, bukanlah orang yang hebat melainkan orang yang menunjukkan kelemahan dan kemiskinan diri. Seandainya ia kaya, ia tidak akan menggunjing orang lain, karena menurutnya masih banyak masalah-masalah atau kerjaan lain yang lebih berguna dan bermanfaat untuk dibicarakan.

“Barang siapa menolak (ghibah) atas kehormtan saudaranya, niscaya pada hari kiamat Allah akan menolak menghindarkan api neraka dari wajahnya.” (HR. Ahmad)

Lalu bagaimana dengan fitnah ?

Fitnah dengan ghibah itu berbeda, namun tujuannya tetaplah sama atau mirip. Sudah dijelaskan pada awal postingan bahwa keduanya itu sama tapi tak serupa.

Ghibah maupun fitnah adalah sama-sama penyakit hati yang akan menggerogoti kebaikan kita serta mendatangkan keburukan dan membuang waktu untuk hal yang sama sekali tidaklah berguna.

Fitnah yaitu membicarakan keburukan atau kejelekan orang lain, sedangkan orang yang dibicarakan tidak melakukan atau tidak sesuai dengan apa yang dibicarakannya. Fitnah biasanya akan pecah atau tersebar luas karena telah dibakar kedengkian serta kebencian kepada seseorang. Fitnah pula merupakan kejahatan tertinggi yang diproduksi oleh lidah. (bukan berarti ghibah diperbolehkan ya. Tetap saja ghibah itu dilarang).

Menurut Wikipedia, Fitnah merupakan komunikasi kepada satu orang atau lebih yang bertujuan untuk memberikan stigma negatif atas suatu peristiwa yang dilakukan oleh pihak lain berdasarkan atas fakta palsu yang dapat mempengaruhi penghormatan, wibawa, atau reputasi seseorang. Kata fitnah diserap oleh bahasa Arab, dan pengertian aslinya adalah cobaan atau ujian.
Kata “fitnah” sudah melekat dalam lidah semua orang, bahwa fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan, namun faktanya berbeda, masih banyak sekali yang suka memfitnah sesama kita. Astaghfirullah!

Fitnah diibaratkan menyulut ranting kering. Ia akan cepat sekali merebak kemana-mana dan membakar apapun yang ada disekelilingnya. Cara terbaik untuk menghindarinya yaitu tetaplah mengingat Allah serta jangan pernah berhenti untuk mengucapkan istighfar saat ada dorongan kuat dari nafsu untuk berbuat itu.

Sudah jelas bukan perbedaan antara fitnah dengan ghibah ?

Memang keduanya itu dilarang dan termasuk dosa besar. Namun dibalik itu, terdapat hikmah lho didalamnya. Apalagi kalau bukan untuk menguji seberapa besar kesabaran yang kita miliki.

Wallahu’alam Bisshawab

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh



Kamis, 11 Agustus 2016

INILAH PERNYATAAN MEREKA (PART 2)



By : Ukhty Herli

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Bagaimana hari ini Sahabat Hijrah ? Masihkah kita bersyukur atas nikmat yang telah diberikanNya ? Harus selalu bersyukur, jangan sampai kita menjadi hambaNya yang kufur.

Postingan ini merupakan lanjutan dari postingan yang sebelumnya, maka dari itu aku memberikan kata PART 2 pada judulnya. Yang sebelumnya, itu kisah antara aku dengan temanku. Kali ini berbeda, melainkan dengan orang yang usianya diatasku bahkan beliau sudah berkeluarga (mempunyai anak dan juga istri) tepatnya merupakan salah satu karyawan dimana aku ditempatkan untuk magang.

Bukan kepribadian serta keluarga beliau yang ingin aku posting, melainkan ucapannya yang sedikit membuatku tak habis pikir terhadapnya.

Suatu hari, dia bertanya padaku perihal yang sama dengan postingan yang sebelumnya, tak lain adalah pacaran. Bukan aku ingin menggurui atau sok pintar, namun aku menjawab sesuai apa yang aku ketahui.

Kurang lebih percakapannya seperti ini : *Aku ambil percakapannya secara garis besar, karena untuk detailnya aku lupa hihi*
(A : Bapak tersebut , B : Aku)

A : Kamu punya pacar ?
B : (Dengan sedikit bingung atas pertanyaannya, aku menjawab seadanya) Saya ga pacaran pak.
A : Lho kenapa ? (Muka yang penuh tanya)
B : Pacaran kan dilarang pak. Dan dalam Islam ga ada kata pacaran. (jawabku polos)
A : Kata siapa ? Terus kalau ta’aruf itu bagaimana ?
B : Ta’aruf berbeda dengan pacaran pak.
A : Memang arti ta’aruf itu apa ?
B : Ta’aruf itu perkenalan
A : Lantas bedanya apa dengan pacaran ? Pacaran juga kan perkenalan.
B : Jelas sekali berbeda pak, jika ta’aruf ada pihak ketiga sebagai perantaranya. Sedangkan pacaran ? Tidak ada perantaranya dan bebas beinteraksi tanpa batas. Memang banyak orang beranggapan bahwa pacaran sebagai awal perkenalan, namun berbeda denganku. Menurutku pacaran merupakan awal dari perzinahan.
A : Kamu terlalu jauh mikirnya, kamu menganggapnya terlalu negatif.
B : Bukan terlalu jauh dan terlalu negatif pak. Dulu sayapun pelaku pacaran, maka dari itu saya bisa bicara seperti ini. Saya belum menemukan apa manfaat dari pacaran, yang ada bukan manfaat pak melainkan kerugian. Banyak yang galau karenanya.
A : Mungkin masa lalu kamu saja yang terlalu kelam, tapi kan berbeda dengan orang lain. Orang lain menganggapnya positif, bisa membuat semangat belajar dan lain sebagainya.
B : Memang pak, masa lalu saya berbeda dengan masa lalu orang lain. Tapi, banyak dari teman-teman saya mengeluh karena itu. Banyak berita pembunuhan dan orang hilang yang motifnya karena pacaran.
A : Tapi kan ga semua yang pacaran yang berakhir seperti itu.
B : Tepat sekali pak. Semua yang pacaran tidak berakhir seperti itu, tapi dari yang pacaran banyak yang mendapati perlakuan seperti itu. Apalagi zaman sekarang, pembuktian kesetiaan dan rasa sayang saja sampai mengorbankan kehormatan. Astaghfirullah!
A : Duh, kamu anggapannya udah terlalu jauh. Mindset kamu udah negatif banget
B : (saya ambil al quran) kalau memang menurut bapak pacaran diperbolehkan. Ini ada al quran pak, coba bapak cari surah dan ayat yang memperbolehkan pacaran ?
A : Yasudah itu menurut pendapatmu, kamu mindsetnya terlalu negatif
B : (Diam dan tak menjawab ucapannya lagi)

Aku mengakhiri percakapannya bukan berarti aku setuju atas apa yang diucapkannya. Aku hanya tidak ingin berdebat dengannya terlalu jauh, karena Islam begitu sederhana. Tidak mempersulit keadaan apapun.

Dalam percakapan tersebut aku memang terkesan menggurui. Namun, dalam lubuk hati yang paling dalam tidak ada maksud untuk menggurui melainkan menjawab apa yang ditanyakan.

Rasanya tidak heran dengan pernyataan tersebut. Sudah banyak ku dapati hal semacam itu dari orang-orang disekelilingku. Yang mengatakan pacaran dapat menimbulkan hal positif, dari segi semangat belajar dan lain sebagainya. Namun, lagi-lagi aku tidak sependapat dengan pernyataan tersebut. Memang pacaran itu banyak hal positifnya. Positif haram, positif zina, dan positif hamil. Benar tidak ???

Postingan part 1 dan part 2 bukanlah dari orang yang sama. Tetapi, jika diperhatikan pernyataannya hampir sama yaitu terlalu menghalalkan apa yang diharamkan.

Aku sempat menulis status pada akun facebook dan instagramku. Aku merasa miris pada zamanku ini. Dengan teknologi yang semakin pesat dan pemikiran yang semakin jauh, manusia dapat menghalalkan apa yang jelas-jelas diharamkan. Terkadang, aku bertanya pada hati kecilku “APAKAH INI YANG DISEBUT DENGAN AKHIR ZAMAN?” Dimana segala laranganNya dianggap hal biasa bahkan dilakukan oleh kebanyakan orang. Yang tuntunan menjadi tontonan begitupun sebaliknya. Sesuatu yang wajar dan seharusnya dipergunjingkan, sementara perilaku yang menyimpang dan kurang ajar menjadi pemandangan yang biasa. Astaghfirullah!

Saluuuutttt dengan orang-orang yang tidak mengikuti zaman. Tetap berpegang teguh pada aturanNya. Didunia merasa terasingkan dengan kesendiriannya dan merasa terasingkan dengan apa yang telah dipilihnya. Namun, sejatinya merekalah orang-orang yang akan beruntung kelak.

Islam datang dalam keadaan yang asing. Sungguh beruntunglah orang yang asing” (HR. Muslim no 145)

Jumat, 05 Agustus 2016

INILAH PERNYATAAN MEREKA (PART 1)


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Hallo Sahabat Hijrah, Alhamdulillah sampai saat ini kita masih diberi kesempatan untuk senantiasa merasakan nikmat yang tak terhingga. Bersyukurlah, jangan sekali-kali kita kufur atas nikmatNya.

Dalam postingan ini, aku akan menyampaikan sedikit kisah yang terjadi di sekelilingku. Bukan maksud ingin membuka aib orang lain, melainkan untuk saling berbagi. Berbagi hikmah untuk pembaca sekalian.

Suatu hari, aku bertanya kepada salah satu temanku perihal yang dianggap sepele, apalagi kalau bukan pacaran. Bukan aku ingin kembali lagi menjadi pelaku pacaran, namun lebih tepatnya aku ingin mengetahui pendapat orang lain mengenai hal itu.

“PACARAN”. Kata tersebut mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Bahkan sudah banyak orang yang melakukannya. Tidak pandang usia, anak SD yang masih dianggap bau kencur dan masih ingusanpun sudah mengenal kata pacaran. Astaghfirullah! Lebih parahnya sudah melakukan adegan seperti orang dewasa.

Kembali pada topik pembicaraan. Saat itu, aku melakukan percakapan singkat bersama temanku . Kurang lebih seperti ini :
(Aku : A, Temanku : B)
A : Menurut kamu, apa sih manfaat dari pacaran?
B : Kalau menurut saya, pacaran dapat membuat kita lebih semangat
A : Hanya itu ? Kalau untuk semangat, kan masih ada keluarga yang akan selalu menyemangati kita. Mensupport kita dalam keadaan apapun.
B : Iya sih tapi kan beda
A : Lantas apa bedanya ? Keluarga yang sudah mengetahui seluk beluk kita. Yang rela mengorbankan nyawa, tenaga dan waktunya untuk membahagiakan kita. Menyekolahkan kita hingga kita bisa seperti ini. Bisa merasakan bangku sekolah, itukan berkat keluarga bukan pacar.
B : Iya tau kalau soal itu. Tapi dengan begitu , kita juga dapat mengetahui calon suami kita itu seperti apa sifat dan sikapnya
A : Memang yakin dia bakal jadi suami kamu nantinya ?
B : InShaa Allah
A : Apa yang kamu anggap baik belum tentu baik menurut Allah begitupun sebaliknya
B : Iya, tapi saya kan pacarannya biasa aja ga berlebihan juga
A : Yakin ga berlebihan ?
B : Iyah
A : Kalau ga berlebihan, ga mungkin di ekspos di sosial media kalau itu pacar kamu. Dengan foto yang kepala nyender di pundak, tangan menyentuh pipi pasangan bahkan segala perhatian yang dijadikan status. Menurut kamu hal kaya gitu ga berlebihan ?
B : Hmm..
A : Kamu tau kan pacaran itu ga boleh ? Gada dalam islam ?
B : Iya tau
A : Kok masih dilakuin ?
B : Tapi..
A : Sudah sudah, kamu terlalu menghalalkan apa yang sudah jelas diharamkan
B : Bukan menghalalkan, tapi kan kita juga ga ngapa-ngapain

Kalian mungkin pernah menemui jawaban seperti itu. Dan mungkin kalian pun pernah mendapati pertanyaan JLEB semacam itu.

Bukan maksudku untuk menggurui apalagi menjadi orang yang sok suci. Akupun pernah menjadi pelaku pacaran sama seperti yang lain. Disini, aku hanya ingin mengetahui apa pendapat orang lain mengenai pacaran. Lebih tepatnya, apa sih manfaatnya? Karena dari dulu sampai saat ini aku belum mendapati apa manfaat dari pacaran, bahkan cenderung tidak ada. Bukan manfaat melainkan mudharat yang didapatkan.

Coba tanyakan manfaat pacaran pada orang disekeliling kita, pasti jawabannya hampir sama dengan percakapan diatas hehe.

Dalam percakapan tersebut, banyak sekali kata ‘tapi’. Sungguh dahsyat cara setan bersembunyi di dalam kata tapi. Tapi sangat disayangkan, manusia tidak menyadari hal itu.

Sebagian orang sudah mengetahui kalau pacaran itu haram, namun enggan sekali untuk memutuskan pacarnya. Sulit sekali memutuskan seseorang yang sedang di mabuk asmara, sudah dunia serasa milik berdua, menganggap dialah segalanya dan menjadi seseorang yang paling bahagia sampai-sampai menghalalkan apa yang sudah jelas diharamkan. Naudzubillah!

Yang mampu menjabarkan manfaat pacaran, monggo diisi di kolom komentar yaaa J

Salam sayang,
Ukhty Herli

Selasa, 02 Agustus 2016

KELAK, JEMPOLMU AKAN DIMINTA PERTANGGUNGJAWABAN


  
By : Ukhty Herli


Assalamualaikum Wr Wb

Wahai Sahabat Seimanku,

Postingan kali ini mungkin berbeda dengan postingan sebelumnya. Yang sebelumnya lebih banyak membahas perihal jodoh atau persoalan duniawi. Tetapi, kali ini kita akan sedikit membahas kehidupan kekal yang tengah menanti.  Bacalah dengan hati yang suci, renungkan dengan baik dan ambilah hikmah dari apa yang kau baca hari ini…

Kita hidup di dunia hanyalah sementara, semua orang pasti akan mengalami fase yang dimana ditakuti oleh banyak orang, apalagi kalau bukan kematian. Coba tanyakan kepada orang terdekatmu, siapkah jika hari ini ia menghadap sang Illahi ? Siapkah jika malaikat Izrail menghampiri untuk mencabut nyawamu hari ini ? Pasti jawabannya tidak, dengan alasan masih banyak dosa yang diperbuat.

Islam mengajarkan kita bahwa setiap yang bernyawa pasti akan menemui ajal atau kematian. Sebagaimana telah tertera pada Surah Ali Imran ayat 185 “Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati”.

Kematian tidak akan bisa dicegah atau kita hindari. Tua-muda, anak kecil-dewasa, pria-wanita pasti akan mengalaminya. Kematian adalah hadiah terindah bagi orang-orang yang beriman, namun akan menjadi terror yang menakutkan bagi orang-orang yang tidak beriman.

Setelah kematian, semua orang akan dihidupkan kembali di alam akhirat nanti. Dalam kehidupan inilah, setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan semasa hidupnya.

Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain kecuali untuk di uji, sesuai dengan firman Allah dalam Surah Al Mulk ayat 1-2 yang artinya :
“Maha Suci Allah yang ditanganNyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.

Sadar atau tidak, setiap hari kita sering melakukan yang namanya perbuatan dosa. Yang dimana telah tercatat segala perkataan dan perbuatan kita. Dari perbuatan kecil hingga perbuatan yang besar.

Tubuh kita dan bumi akan menjadi saksi atas perbuatan yang dilakukan. Begitu juga sebagian mereka akan menjadi saksi atas sebagian yang lain. Lebih dari itu, Allah menjadi saksi terhadap mereka.

Membahas soal tubuh, JEMPOL (Ibu Jari) merupakan salah satu jari pada tangan dan tetap saja itu dikatakan sebagai anggota tubuh kita. Walau ia tak berbicara seperti mulut, tak melihat seperti mata dan tak mendengar seperti telinga, tapi tetap kelak akan diminta pertanggungjawaban.

Rasulullah SAW bersabda, “Wahai para perempuan, bacalah tasbih, tahlil dan tahmid serta taqdis, dan hitunglah dengan jari. Sesungguhnya, jari-jari itu akan dimintai pertanggungjawaban lagi diminta bicara, janganlah kalian lalai, sehingga kalian akan lalai terhadap rahmat. “ (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

Dalam Hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidzi, bahwa perempuan dianjurkan menggunakan jarinya untuk berdzikir (menghitung bacaan tasbih, tahlil, tahmid serta taqdis). Sebab, kelak jari-jarinya akan dimintai pertanggungjawaban.

Lantas, bagaimana dengan laki-laki ?

Memang dalam hadist tersebut, laki-laki tidak disebutkan. Namun, bagi laki-lakipun tetaplah sama. Kelak, jarinya akan dimintai pertanggungjawaban.

Berdzikir digunakan untuk mengingat Allah SWT. Hal tersebut merupakan sebuah kewajiban bagi setiap orang yang beriman, baik laki-laki dan perempuan. (Tolong digaris bawahi setiap orang yang berimannya. Itu tandanya bukan hanya untuk perempuan saja melainkan untuk laki-laki juga)

Bagaimana dengan kalian ?

Sudahkah hari ini kita memanfaatkan apa yang ada dalam tubuh kita untuk kebaikan ?

Sudahkah hari ini kita pergunakan jari-jari kita khususnya jempol untuk berdzikir ?

Coba lirik jempolmu, apa saja yang sudah dilakukannya hari ini ? (Ayo diingat dan setelahnya coba di renungkan)

Jangan bilang, setiap harinya jempol kita hanya digunakan untuk membuat status galau di facebook

Jangan bilang, hanya digunakan untuk mengunggah foto agar mendapat pujian dari orang lain

Jangan bilang, hanya digunakan untuk membuat status mengeluh di bbm

Jangan bilang, hanya digunakan untuk mengirim pesan “sayang” atau kemesraan kepada pasangan yang bukan mahrom

Jangan bilang, hanya digunakan untuk mengirim pesan yang isinya membicarakan orang lain

Atau yang lebih parahnya, jangan bilang hanya digunakan untuk membuat status atau mengirim pesan yang menyebutkan seisi ragunan. Astaghfirullahaladzim!

Apakah jempolmu setiap hari digunakan untuk itu ?

Apakah Islam, agamamu mengajarkanmu untuk melakukan itu semua?

Hanya untuk membuat status yang seharusnya tidak perlu di buat

Hanya untuk membuat status mengeluh, sedangkan Allah telah memberikan segalanya pada kita ? Mengapa kita enggan sekali untuk bersyukur ? Bukankah jika kita bersyukur, Allah akan menambahkan nikmatNya kepada kita ?

Hanya dipergunakan untuk membicarakan orang lain ? Yang jelas-jelas itu ghibah. Dan ghibah merupakan dosa besar. Ibarat memakan bangkai saudaranya sendiri. Betapa jijik dan kejamnya perilaku itu.

Atau jempolmu hanya dipergunakan untuk mengirim pesan “sayang” atau kemesraan kepada pasangan yang bukan mahrom ? Yang jelas-jelas itu dilarang dan tidak ada sama sekali ayat atau surah yang menghalalkan untuk itu.

Apapun alasannya, ingatlah jempol yang selama ini diberikan oleh Allah dan dipergunakan, kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

Setelah mengetahui semuanya, masih lalaikah kita ?

Masihkah kita terbuai oleh indahnya dunia sedangkan sudah jelas itu akan menjerumuskan kita?

Mari pergunakan tubuh kita khususnya jempol untuk kebaikan
Pergunakan untuk hal-hal yang bermanfaat

Daripada digunakan untuk membicarakan orang, alangkah baiknya digunakan untuk saling mengingatkan dan menebar kebaikan.

Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadist ini shahih).

Sabtu, 30 Juli 2016

WANITA ITU…



Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu

Wahai Akhwat Tersayang,

“Pernahkah kalian menangisi si dia yang jelas-jelas bukan mahrom kalian?”
“Pernahkah kalian terlalu mengistimewakan ciptaanNya, padahal kalian sudah mengetahui bahwa si dia belum tentu jodohmu?”

Pertanyaan yang simple.
Hanya membutuhkan jawaban “iya” atau “tidak”, namun bagi si pendosa sepertiku ?
Pertanyaan itu sangatlah menyayat hati. Sulit sekali untuk menjawabnya.
Pertanyaan yang membuatku seperti tersengat aliran listrik. Lemas rasanya.

Diri ini pernah bahkan sering menangisi seseorang yang belum jelas kalau itu mahromku.
Bagaimana dengan kalian? Pasti pernah juga bukan? Tapi tenang, itu hal yang lumrah jika wanita disakiti.

Diri inipun pernah mengistimewakan ciptaanNya, berharap tidak akan kehilangannya. Namun sayang alurnya berbeda. Tidak sesuai dengan yang diharapkan. Lagi-lagi nangis yang dilakukan.

Tapi, cobalah renungkan…
Belum mengetahui bahwa si dia jodohku atau bukan, tapi bodohnya sudah ku relakan air mata untuknya.
Sudah ku buang waktuku untuk memuji dan mengistimewakannya, sedangkan Allah SWT yang telah memberikan segalanya ? Dilupakan begitu saja!

Sudah jelas dosa yang dilakukan, bukannya menangis karena dosanya melainkan menangis karena takut kehilangannya.
Sungguh dahsyat sekali tipu daya setan yang melenakan, sehingga kita terjerumus dalam lubang kenistaan dan kemaksiatan. Astaghfirullah!

Lagi dan lagi, hanya penyesalanlah yang akan di rasakan.

“MURAH”
Satu kata yang dianggap rendah oleh semua orang
Mereka menganggap bahwa murah itu tidaklah berkualitas
Mereka menganggap bahwa harga tidak akan pernah bohong.
Memang itu benar adanya.
Mari di simak baik-baik

Disini di ilustrasikan wanita itu seperti barang atau benda

Ilustrasi 1

Ibarat barang, harganya murah
Pasti laku terjual dan coba pikirkan juga pasti sering dipegang oleh sembarang orang ? Betul tidak ?
Begitupun dengan wanita, jika dia sudah laku (dalam artian mempunyai pasangan yang di dapat dengan cara yang diharamkan, sebut saja PACARAN) tanpa sadar pasti dia sudah di pegang, mulai dari pegang tangan, pegang bahu tanda ingin memeluk, dan pegang-pegang yang lainnya.

Berbeda dengan yang harganya mahal
Sekilas melihat harganya saja pasti ditinggalkan dengan alasan ‘duh uangku belum cukup untuk membelinya’
Bukan hanya itu, barang yang harganya mahalpun hanya orang-orang tertentu yang dapat membelinya
Sama seperti wanita, yang shalihah tidak akan mudah dimiliki sembarang orang, kecuali orang-orang yang sudah Allah SWT pilihkan untuknya.

Ilustrasi 2

Baca baik-baik yaaa….
(Wanita ? Seperti nangka vs mutiara)

Analogi simplenya, MENGAPA mereka begitu digandrungi ?

Ibarat nangka
Kamu pernah lihat nangka sudah kebuka kan ? Kalo kamu biarkan untuk tetap terbuka, tidak akan butuh waktu lama bakal dikerubungi lalat, iya tidak ?
Pertanyaannya :
“Lalat itu ngapain disitu?”
YAPS, DIA HANYA HINGGAP! Mengambil manisnya, udah kenyang ya dia pergi lagi
Tidak ada lalat yang datang ke sebuah nangka yang terbuka untuk mencari jodoh terus menikah disana, berumah tangga, beranak pinak, menetap, hidup bahagia, In Shaa Allah tidak ada kan ?

Ya sama seperti wanita yang tidak menutup auratnya
Banyak lelaki yang memandang bahkan HINGGAP SAJA seperti lalat tanpa ada niat untuk menghalalkannya.
Hanya menggunakan nafsu untuk kepuasan sesaatnya
Kalau sudah begini, siapa yang dirugikan ? Jelas wanitalah.
Sebelum yang halal menikmati, sudah dinikmati oleh mata yang masih haram

Nah, kalo mutiara
Sudah jelas ditutupi karang, pasti jelas juga masih terjaga, tidak sembarang orang yang bisa melihatnya atau mendapatkannya

Setiap wanita, pasti membutuhkan seorang pria tulus, faham agama, yang rela ngasih cintanya langsung ke kalian, serta mengajak kalian menyempurnakan setengah agamanya. BOOM! (Dalam artian menikah)

Mengambil mutiara dan mendapatkannya itu tidak mudah
Butuh perjuangan, mengorbankan waktu, tenaga, hingga nyawanya
Harus menyelam ke dasar lautan untuk mendapatkannya

Berbeda dengan nangka, yang mudah di dapatkan dari kebun tetangga atau kebun miliknya.

Kalau sudah mengetahui kedua ilustrasi tersebut, kalian ingin menjadi wannita yang seperti apa ?
Barang mahal atau murah ?
Nangka atau mutiara ?

Ingatlah selalu!!!
Wanita tercipta sebagai makhluk yang “mahal”. Karenanya, jangan menjual anugerah Allah dengan harga yang “murah”.

Mahalnya wanita dilihat dari dia bersikap
Dia akan memilih untuk tetap sendiri sampai halal dan menutup aurat hanya untuk si dia yang telah halal
Bukan yang dihalal-halalin padahal sudah jelas diharamkan
Bukannya di umbar ke semua mata pria yang sudah jelas belum ada segel halalnya


“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah wanita shalihah” (HR. Muslim)

Minggu, 24 Juli 2016

Subhanallah VS Masya Allah ( Dua Kata yang Sering Tertukar)


Assalamualaikum Sahabat Sesurgaku, semoga kalian akan selalu dalam lindungan Illahi Rabbi, Aamiin…

Biarkan orang lain menyebutnya ‘Sahabat Sehidup Semati’ sedangkan Aku menyebut kalian semua  ‘Sahabat Sesurga’. Alasannya karena yang mati (meninggal) belum tentu masuk surga, sedangkan yang masuk surga sudah pasti akan melewati fase kematian. Betul tidak ? Aku doakan, In Shaa Allah semuanya bisa masuk ke SurgaNya, Aamiin Allahumma Aamiin..

Islam itu agama yang sempurna, Islam pula mengajarkan kalimat yang baik dalam segala hal. Kalimat yang bertujuan agar kita selalu mengingat Allah serta senantiasa dekat denganNya.

Pada postingan kali ini akan menjelaskan 2 kalimat yang sering kali kita sebut namun banyak sekali yang salah kaprah. Kalimat apakah itu ? Ya, kalimat “Subhanallah” dengan “Masya Allah”. Mengapa Aku akan membahas ini ? Karena banyak orang disekeliling kita bahkan diri kita sendiripun masih sering tertukar bahkan keliru dengan kedua ungkapan tersebut.

Jika kita kagum serta takjub atas apa yang baru saja dilihatnya, kalimat apa yang paling tepat ? “Subhanallah” atau “Masya Allah” ??? Kebanyakan orang mengatakan ‘Subhanallah’ disaat melihat keindahan atau takjub atas apa yang baru saja dilihatnya. Namun, ada juga yang mengatakan ‘Masya Allah’ tapi tidak sebanyak orang yang mengatakan ‘Subhanallah’. Benar apa betul ? (coba dengar ucapan orang disaat melihat kita berubah atau komen orang saat statusnya membuat kita takjub, pasti yang dikatakan itu Subhanallah bukan Masya Allah)

Kata tersebut sering kali dijadikan dua kata yang sama tak ada bedanya. Oleh sebab itu, disini kita sama-sama belajar, sama-sama mengetahui apa bedanya dari kedua kata tersebut dan kapan kita akan mengucapkannya J

Sebelumnya, Aku ingin bertanya “Apasih arti dari Subhanallah dan Masya Allah itu ?”

Arti Subhanallah yaitu Mahasuci Allah sedangkan Masya Allah yaitu itu terjadi atas kehendak Allah. Dilihat dari artinya memang kita akan keliru, namun jika kita pelajari benar-benar maka kita akan tahu apa perbedaan dari keduanya.

Silahkan dibaca baik-baik ya sahabatku…                              

Dalam firman Allah SWT pada Surah Al Kahfi ayat 39 dijelaskan “Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu ‘Maasya Allah laa quwwata illa billah’ (sungguh atas kehendak Allah semua itu terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam harta dan keturunan”

Dalam surah tersebut diberitahukan bahwa kita seharusnya mengucapkan “Masya Allah”. Ucapan tersebut untuk mengembalikkan kekaguman kita kepada Allah disaat melihat hal yang baik nan indah, yang membuat kita takjub saat kita melihatnya. Itu salah satu ekspresi sekaligus pengingat bahwa semua itu terjadi hanya karena kehendakNya, bukan hanya karena usaha kita atau usaha orang lain. Memang kita yang merencanakan, orang lain yang membantu, namun balik lagi bahwa Allahlah yang akan menentukkan.
Bagaimana dengan ungkapan Subhanallah ? Kapan kita harus mengucapkannya ?

Penjelasan 1 :

Dalam Al Quran kalimat “Subhanallah” terdapat pada surah Al Mu’Minun ayat 91, Al Qashash ayat 68, Ash Shaffat ayat 159, Ath Thur ayat 43, dan Al Hasyr ayat 23.

Pada surah Al Mu’minun  ayat 91 dan Ash Shaffat ayat 159, kalimat “Subhanallah” disandingkan dengan “ammaa yashifuun” yang artinya Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan. Sedangkan dalam tiga surah lainnya, kalimat “Subhanallah” disandingkan dengan “ammaa yusyirukuun” yang artinya Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dari penjelasan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa kalimat “Subhanallah” digunakan untuk menyatakan kesucian Allah dan menyangkal hal-hal negatif yang dituduhkan orang-orang musyrik.
Untuk lebih memperjelas kapan kita mengucapkan “Subhanallah”, silahkan baca baik-baik penjelasan kedua ya sahabat sesurgaku J

Penjelasan 2 :

Dari Abu Hurairah, ia berkata “Suatu hari aku berjunub dan aku melihat Rasulullah SAW berjalan bersama para sahabat, lalu aku menjauhi mereka dan pulang untuk mandi junub. Setelah itu aku datang menemui Rasulullah SAW, beliau bersabda “ Wahai Abu Hurairah, mengapakah engkau malah pergi ketika kami muncul ?” Aku menjawab “ Wahai Rasulullah, aku kotor (dalam keadaan junub) dan aku tidak nyaman untuk bertemu kalian dalam keadaan junub. Rasulullah SAW bersabda “Subhanallah, sesungguhnya mukmin tidak najis.” (HR. Tirmizi).

“Sesungguhnya mukmin tidak najis” maksudnya, keadaan junub jangan dijadikan sebagai penghalang atau pembatas untuk bertemu dengan sesama muslim. Dalam Al Quran dijelaskan bahwa ungkapan Subhanallah digunakan dalam menyucikan Allah dari hal yang tak pantas/hal buruk (coba baca lagi penjelasan 1).

Namun hal berbeda, diungkapkan oleh Ustadz Zulfi Akmal, LC, MA yang saat ini berdomisili di Kairo, Mesir. Merurutnya, umat islam tidak perlu bingung dengan hal tersebut karena Subhanallah dan Masya Allah bisa diungkapkan kapan saja dan dalam kondisi apa saja.

Kembali dijelaskan bahwa Islam itu sangatlah sederhana, Ustadz Zulfi mengatakan “tidak perlu bingung atas kedua ungkapan tersebut”. Memang benar, tidak perlu dibingungkan apalagi diambil pusing atau yang lebih parahnya sampai memecahbelah silaturahmi yang telah terjalin hanya karena kedua ungkapan itu. INGAT !!! Islam itu sederhana dan Allah Maha Mengerti apa yang dimaksud hambaNya. Bagi yang sudah mengetahui perbedaan antara keduanya serta yakin atas perbedaan itu baiknya diucapkan sesuai kondisinya, bagi yang belum yakin tidak usah diambil pusing, coba pelajari lagi dan sharing sama yang lebih paham itu, In Shaa Allah akan mengetahui jalan keluarnya J


Jadi, kesimpulannya (diluar dari ungkapan Ustadz Zulfi), ungkapan “Subhanallah” dianjurkan ketika kita melihat sesuatu yang tidak baik atau hal buruk untuk menegaskan bahwa Allah SWT Maha Suci dari semua keburukan. Sedangkan ungkapan “Masya Allah” dianjurkan ketika kita melihat sesuatu yang indah karena keindahan atas kuasa dan kehendak Allah SWT. Lalu, apakah kita berdosa karena mengucapkan Subhanallah yang seharusnya itu Masya Allah atau sebaliknya ? In Shaa Allah tidak, Allah Maha Mengerti maksud perkataan hambaNya. Hanya saja, setelah kita mengetahuinya, baiknya mengucapkan sesuai kondisinya. Wallahu a’lam bishawab…

Jumat, 15 Juli 2016

PILIHLAH TEMAN !!! KARENA TEMAN MERUPAKAN PENENTU SIAPA DIRI KITA YANG SEBENARNYA~



By : Ukhty Herli

Assalamualaikum Sahabat Seimanku, semoga Rahmat Allah selalu tercurah kepadamu, Aamiin…
Afwan baru bisa nulis lagi. Dan Alhamdulillah masih dikasih kesempatan untuk nulis J Sebelumnya Aku mau ucapin “Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum, mohon maaf lahir dan batin. SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1437H. Semoga puasa yang dijalani selama satu bulan ini diterima oleh Allah SWT, Aamiin yaa Rabbal Alamiin”

Untuk postingan kali ini, Aku bukan ingin membahas THR atau kegiatan saat hari raya ya. Sama sekali bukan, bahkan tidak ada hubungannya dengan itu. Kali ini akan membahas peran teman terhadap diri kita, peran teman sebagai penentu siapa diri kita yang sebenarnya. Maka dari itu, pada postingan kali ini Aku beri judul “Pilihlah Teman! Karena Teman Merupakan Penentu Siapa Diri Kita yang Sebenarnya”

“Cari teman itu jangan pilih-pilih”
“Apa salahnya sih kalau jadi teman doang, semua kan bisa berteman” dan pernyataan lainnya.

Statement tersebut mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita, bahkan mungkin disekeliling kita banyak yang mengatakan itu. Aku kurang setuju, bahkan cenderung tidak setuju dengan statement itu.

Aku sempat membaca buku dari Rusdin S. Rauf dan Shally Novita yang berjudul “Taklukkan Takdirmu ! Mengubah Nasib dengan Mengaktifkan Gen Positif” 

Dalam buku tersebut bahwa peran teman sangatlah penting. Mengapa demikian ?
Teman merupakan bagian dari lingkungan terdekat kita setelah keluarga. Banyak orang cenderung lebih dekat dengan temannya daripada keluarganya. Bener apa betul ? Untuk itulah teman menjadi sangat penting bagi kehidupan kita. Mereka merupakan tempat kita berbagi suka juga duka.

“Seorang teman bisa membantu kalian melakoni amalan-amalan hebat yang memicu pahala dan surga. Di sisi lain, teman juga bisa menghalangi dirimu dari perjalanan menuju surga. Pengaruh teman terhadap diri kalian memang sungguh luar biasa, bahkan melebihi anggota keluarga. Inilah mengapa begitu penting untuk berhati-hati memilih teman.” (kutipan dari Ukhti Kanti)

Sebuah pepatah mengatakan “Berteman dengan penjual daging, kita akan berbau daging, dan berteman dengan penjual minyak wangi, kita akan berbau minyak wangi”.

Memang, kata-kata pepatah itu hanyalah sebuah kiasan. Namun, dalam Islampun dijelaskan 
“Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan yang buruk itu seperti pembawa minyak wangi dan pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak wanginya atau engkau membelinya atau akan mencium harumnya. Sementara pandai besi akan membakar bajumu atau engkau akan mencium bau yang tidak sedap” (Bukhari dan Muslim)

Pepatah serta hadist itu sama maknanya, hanya perumpamaannya saja yang berbeda. Tapi tak usah diperdebatkan, karena Islam itu sederhana, hanya manusianya saja yang terlalu mempersulit dengan rencana.
Makna dari pepatah dan hadist itu adalah kita hendaknya berhati-hati dalam memilih teman karena teman menjadi penentu siapa kita yang sebenarnya.

Cara Memilih Teman Yang Baik Secara Islam - Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

“Seseorang itu akan mengikuti agama temannya, karenanya hendaklah salah seorang diantara kalian mencermati kepada siapa ia berteman.”
[Hadits hasan, riwayat Tirmidzi (no. 2387), Ahmad (no. 8212), dan Abu Dawud (no. 4833), Berkata Abu Isa: Hadits ini hasan gharib]

Aku akan perjelas pepatah serta hadist tersebut dalam sebuah pernyataan yang merupakan sebuah contoh nyata bahkan sudah terlihat dan kita rasakan dalam sekeliling kita.

Roswitha-Stemmer Beer mengatakan semakin sering kita melakukan segala hal sendirian, semakin kita membutuhkan kehadiran teman. Pernyataan ini merupakan kelanjutan dari fitrah kita sebagai makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain untuk berbagi, membutuhkan teman agar tidak kesepian. Dan siapa teman kita yang akan menjadi penentu bagaimana tingkah laku kita. Jika Anda menjadikan seorang penjahat sebagai teman terbaik Anda, maka Anda akan menjadi penjahat. Jika Anda berteman dengan ahli ibadah, Anda akan menjadi ahli ibadah. Mengapa demikian ?

Saat kita menjadikan seseorang sebagai teman baik, kita akan lebih sering berkomunikasi dengannya. Awalnya hanya seminggu sekali kemudian hampir setiap hari berkomunikasi dan bertemu serta melakukan banyak hal bersama teman-teman kita. Jika teman kita  adalah ahli ibadah, maka setiap waktu shalat mereka akan mengajak kita untuk shalat. Awalnya, mungkin kita akan shalat karena ajakan teman, namun lama kelamaan kita menjadi mengerti fungsi shalat. Sehingga kemudian kita akan selalu mengerjakan shalat sesuai perintah agama.

Demikian juga sebaliknya. Jika kita berteman dengan orang-orang yang suka dugem, pencinta minuman keras dan lantai disko misalnya, maka kita akan terbawa oleh kebiasaan-kebiasaan mereka. Awalnya mungkin atas dasar hubungan baik, kita merasa tidak enak menolak tawaran teman untuk meminum-minuman keras, lama kelamaan kita akan menjadi terbiasa dan mulai sering mabuk-mabukan, keluar masuk diskotik dan sebagainya.

Sungguh ironisnya jika kita berteman dengan orang yang tidak baik.

Semoga kita semua didekatkan dengan orang yang baik, yang mengajak kepada kebaikan bukan mengajak kita kepada kemaksiatan. Wallahu a'lam bishawab...

Quote :
Lebih baik punya satu teman yang mengajakmu pada kebaikan daripada punya seribu teman tapi mengajakmu pada kemaksiatan.

Wassalamu’alaikum