Hetalia: Axis Powers - Taiwan

Selasa, 21 Juni 2016

2 SISI YANG BERBEDA (ANTARA JILBAB & AKHLAK)

2 SISI YANG BERBEDA (ANTARA JILBAB & AKHLAK)

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Hallo Sahabat Hijrah dimanapun berada. Alhamdulillah ya kita sudah melewati puasa yang ke- 16, dan ga nyangka 14 hari lagi kita lebaran J Masya Allah cepatnyaaaaa…

Ciyeee yang kemarin Qunutan, berarti abis bikin ketupat dan lepet dong (lepet : ketan yang dibungkus janur tapi memanjang dan diikat oleh tali rafia), bisa kali kirim-kirim ke ana hehe *ngarep

*Oke fokus*

Afwan sebelumnya, Ana mau tanya 2 pertanyaan nih :
1.    Coba mana suaranya yang bilang jilbab dan akhlak itu 2 hal yang sama ?
2.   Mana juga suaranya yang bilang lebih baik ga pake jilbab tapi akhlak yang baik daripada pake jilbab tapi akhlak yang kurang baik ?

Banyak sekali yang menyalahkan jilbabnya hanya karena sebuah 'AKHLAK' yang kurang baik.
Banyak sekali yang menyalahkan agamanya hanya karena sebuah ‘AKHLAK’ yang kurang baik.
Bahkan banyak sekali yang menilai bahwa yang berjilbab itu pasti berakhlak baik. Astaghfirullah~ 
Ingatlah bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.

Wahai Sahabat Hijrah…

Jika ada wanita yang berjilbab melakukan sebuah kesalahan, tolong jangan salahkan jilbabnya apalagi agamanya cuma karena akhlaknya yang kurang baik (Bukan disalahkan tapi seharusnya diingatkan) J 
Sesungguhnya jilbab dan akhlak itu merupakan 2 sisi yang berbeda. (Yang namanya berbeda itu PASTI TIDAK SAMA) Betul apa betul ?

Jilbab merupakan sebuah perintah Allah yang harus dilaksanakan. Masih ga percaya ??? Coba buka lagi Surah An-Nur 31 dan Al Ahzab 59 nya J Bukan hanya perintah, jilbab juga merupakan sebuah kewajiban bagi seluruh wanita muslimah yang sudah ‘BALIGH’ bukan yang sudah ‘BAIK’ (Baca : SELURUH, tanpa terkecuali).

Jika sudah mengetahui bahwa berjilbab merupakan sebuah kewajiban, jangan sampai ada yang bilang lagi 'duh aku belum siap, duh aku belum dapat hidayah, dan duh duh yang lainnya'. 

Haduh Sahabat Hijrah, kalau menunggu siapnya, mau sampai kapan ? Sampai dipanggil malaikat maut baru pake jilbab ? Duh itu sudah terlambat~ (Sudah terbungkus kain kafan yang selama ini sedang ditenun sedangkan kita masih berada dalam lingkaran kelalainnya) Naudzubillahimindzalik~~
Sampai hidayah datang ke kita ? Elah~ Mau sampai kapan tuh nunggu yang namanya hidayah ? Bukankah kita tau bahwa menunggu itu merupakan sesuatu yang membosankan ? Bukankah kita tau bahwa menunggu itu merupakan sesuatu yang menyebalkan ? Bahkan kita tau bahwa menunggu itu sesuatu yang tidak akan ada hasilnya. Menunggu itu kegiatan yang terlalu mainstream. Coba sekali-kali lakukan kegiatan yang ga mainstream, jemput hidayah gitu misalnya...

Selagi masih ada umur, selagi Allah masih kasih kesempatan dan selagi masih dikasih kesehatan, yuk berjilbab, yuk berhijrah dan yuk sama-sama berubah menjadi yang lebih baik. Inshaa Allah ga ada ruginya kok J

Coba renungkan, untuk apa akhlak baik tapi kewajibannya ditinggalkan ? Tau mana yang baik tapi gatau mana yang wajib ... Yaaaahh (Bukan berpihak ke yang berjilbab tapi akhlak yang kurang baik yaaa :D )

Kalo suruh milih, ana lebih milih yang berjilbab tapi akhlaknya kurang baik. Mengapa ? Karena ia sudah mengetahui mana perintahnya (wajib) dan mana yang bukan. 
Dengan jilbab, perlahan akhlaknya akan berubah karena dengan satu kata, yaitu 'MALU'. (ex : Malu dengan jilbab jika sikapnya kurang baik, malu kalau harus pecicilan disaat memakai pakaian longgar, dan malu punya pacar disaat panjang jilbabnya seperti gorden) Masya Allah...

*Jangan judge orang yang memakai jilbab panjang dan pakaian longgarnya hanya karena akhlak yang tidak sesuai dengan apa yang dikenakannya, ketahuilah ia sedang berusaha. Berusaha untuk merubah keduanya, itu bukan hal yang mudah. Semua butuh proses. Hargailah~

Memang lebih baik yang berjilbab tapi berakhlak baik bak bidadari syurga, tapi balik lagi 'kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT'

Note :
1. Berjilbab itu  bukan hanya untuk wanita yang baik, tapi seluruh wanita yang sudah baligh
2. Bidadari syurga itu mungkin memang tidak bersayap, tapi ia pasti berjilbab 
3. Hidayah itu bukan ditunggu tapi dijemput, karena kita tidak tau entah ajal dulu atau hidayah dulu yang akan datang.
Wallahu a'lam bishawab

Quote’s :
"Pakailah jilbabmu seraya tidak sekedar berniat untuk melakukan suatu hal yang wajib dari perintah Allah. Janganlah kamu memakai jilbab hanya untuk fashion belaka atau memakai jilbab hanya untuk menutupi kejelekan akan sifatmu saja. Ikhlaslah memakai jilbab untuk kebaikanmu dan jadikanlah jilbab sebagai kebutuhanmu. Niscaya kelak dirimu akan merasakan manfaat jilbabmu dan perlahan akan merubah akhlakmu." 


Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

_Ukhti Herli_
Ig : Atririzki
Facebook : Atri Rizki Herliyanti

Senin, 13 Juni 2016

SEMESTER 6? Dimana Lebih Memilih Untuk Menikah Daripada Kuliah!


Assalamualaikum Sahabat Hijrah yang Inshaa Allah dimuliakan Allah SWT J Semoga selalu sehat dan diselimuti kebahagiaan dalam hidupnya. Aamiin Allahuma Aamiin…

Posting kali ini, tepat Selasa/ 14 Juni 2016. Aku akan mengambil judul “Semester 6 ? Dimana Lebih Memilih Untuk Menikah Daripada Kuliah”.
Pasti yang merasa lagi senyum-senyum baca judulnya sambil berkata dalam hati ‘duh bener banget’ HAHA (karena Akupun merasakan hal serupa :D )

Mengapa Aku mengambil judul tersebut dalam postingan kali ini sedangkan Aku bukan lagi semester 6, melainkan akan melangkah ke semester 7?
*Dih Herli ngaku-ngaku semester 7, emang udah bayaran?*
*Belum sih L*
*Yadeh maap. Lupakan*

(Kembali ke Topik)
Alasan Aku mengambil judul ini yaitu… (Begini ceritanya) *Sambil menatap langit-langit*

Suatu hari, disaat Aku menginjakkan kaki di awal semester 6. YAPS, SEMESTER 6, dimana masa itu merupakan masa-masa jenuh dalam perkuliahan. Aku disibukkan dengan Kuliah Kerja Mandiri (KKM) yang mengharuskan Aku pulang malam setiap harinya, dan disaat pagi hari Aku diharuskan mengikuti perkuliahan seperti biasanya. Huft.. lelah kurasa pada tubuh mungilku ini, bahkan tiap pagi bukan sarapan yang menyambutku melainkan kantuk yang menyelimutiku. Namun, lelah dan kantuk tersebut bukan hanya Aku yang merasakan, melainkan teman-teman sekelasku juga. (sambil nguap)

Hingga pada waktunya, tubuhku pun tumbang dan hanya bisa berbaring di rumah. Sudah berobat kemana-mana, tapi tetap pelabuhan terakhirku di RSUD di kotaku. (Tapi tidak sampai di rawat yaa hehe sungguh sejoli sekali Aku dengan Rumah Sakit itu)
Jenuh sekali semester ini. Bagaimana tidak ? Kuliah pagi, tugas numpuk, malam KKM, yah... gitu-gitu aja kegiatanku sampai sukses ( eh maaf, maksudnya kegiatanku gitu-gitu aja selama semester 6).

Waktu terus berjalan, kejenuhanpun semakin terasa. Ditambah lagi dengan musim yang sedang terjadi pada saat itu, yaitu MUSIM NIKAH. Musim nikah kali ini dipersembahkan oleh MAHASISWA.
*Ehbuset udah kek iklan aja*
Apa seseorang yang menikah tersebut sedang merasakan jenuhnya menjadi mahasiswa sehingga memilih untuk menikah ? Apakah menikah merupakan pelarian atas kejenuhannya saja ? Atau alasan menikah itu hanya ingin saat wisuda ditemani suaminya? Ah Aku gatauuuu… Gamau suudzon juga lagi puasa hehe….
 *tumben otak Herli lempeng*
*Ih tiap hari juga lempeng kali kek jalan tol*
Mencoba untuk tidak memikirkan tapi pertanyaan tersebut terngiang dalam benakku serta menyiksa pikiranku…ARRRRGGGHHHH

Sempat saat itu, Aku memilih ingin menikah saja daripada kuliah. ‘Tapi dengan siapa Aku menikah ? Apakah ada yang ingin menikah denganku’ Pertanyaan seperti itu yang membuatku mengurungkan serta mengubur dalam-dalam keinginkanku. (Hanya untuk saat itu saja ya bukan untuk selamanya lho).
Bukan hanya Aku saja yang mempunyai keinginan seperti itu, melainkan hampir semua teman sebayaku.

Keinginan tersebut muncul hanya karena sebuah kejenuhan. Kejenuhan akan tugas, kejenuhan akan dosen yang tidak jelas bahkan kejenuhan akan segala aktivitas.

AKU INGIN MENIKAH SAJA!!!
AKU INGIN MENIKAH SAJA!!!
AKU INGIN MENIKAAAAAAHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!!

Kata-kata seperti itu yang berkecambuk dalam hati, Dalam hati berkata ‘ingin’ tapi pikiran berkata lain, ‘Apakah Aku sudah siap menjadi seorang Istri bahkan Ibu diusiaku yang segini sedangkan Aku saja kuliah belum selesai ? Apakah Aku bisa bagi waktu untuk keluarga serta kuliahku nanti?’ yah.. itu isi pikiranku. Sungguh berbanding terbalik antara perasaan dan pikiran. Huft…

Ternyata keinginan itu bukan hanya dirasakan olehku dan teman sebayaku saja melainkan seluruh mahasiswa semester 6 di Indonesia. Bagaimana Aku tahu ? Lihat saja sosial media, disana Aku menemukan banyak sekali meme yang berkeliaran tentang itu. Namun, ada satu meme yang sempat membuatku tergelitik, bunyinya seperti ini “Semester 6, Dimana yang cewe minta di nikahin dan yang cowo mencari tante-tante kaya untuk biaya kuliah”. HAHA tepat sekali meme itu.

Kini Aku sadar, pernikahan itu bukanlah sebuah permainan apalagi atas dasar kejenuhan. Pernikahan seperti itu tidaklah akan bertahan lama.

#QUOTE’S
Pernikahan itu bukanlah sebuah perlombaan, yang siapa cepat dia dapat
Pernikahan bukan sekedar dapat melainkan siap.
Pernikahan itu proses memantasakan diri bukan mengejar nafsu dan ego diri.        
Pernikahan itu demi ridhonya yang menjadi tujuan, bukan usianya yang masuk duluan


_Ukhti Herli_

Sabtu, 11 Juni 2016

HEY AKHI, JANGAN UMBAR KATA ‘TA’ARUF’ YAA…


Kita kini hidup di zaman yang dimana orang menghalalkan pacaran namun mengharamkan daging babi, dan lebih parahnya lagi mengatakan ta’arufan, namun perilakunya seperti orang pacaran. Astaghfirullah J

Sebelumnya, Aku mau ucapin Assalamualaikum dulu nih sama Sahabat Hijrah semuanya, semoga tetap dalam lindunganNya, dipanjangkan usianya serta dilancarkan puasanya, Aamiin Allahuma Aamiin…

Kali ini, Aku akan posting mengenai ‘ta’aruf’  nih Sahabat Hijrah. Yang dimana kata tersebut merupakan sebuah kata yang mudah diucapkan, sikap yang mudah untuk dilakukan, jika tidak sesuai dengan aturan. 

Banyak Ikhwan yang mengatakan 'Ukhti, Aku tertarik ta'aruf sama Anti. UKhti, Aku mau ta'aruf sama Anti yaa' dan perkataan semacamnya. Itu kalimat yang sering Aku dengar, baik aduan Akhwat maupun ungkapan Ikhwan secara langsung (walau langsung disitu bukan temu muka melainkan lewat sosial media yaa....). Sedikit geram Aku mendengar kalimat tersebut. Sungguh mudahnya Ikhwan mengatakan itu.

Dengan berkembangnya zaman, berkembang pula pemikiran manusia dan teknologi yang ada. Hingga dengan begitu pemikiran manusia mampu menghalalkan apa yang diharamkan, serta dengan teknologi yang semakin canggih pula, semakin mudah manusia menghalalkannya

Banyak jaringan sosial dunia maya yang diciptakan, seperti fac****k, tw***er, dan masih banyak lagi yang lainnya. Itu semua digunakan sebagai medianya. Astaghfirullah~

Sesungguhnya, semua jaringan itu sangatlah bermanfaat asalkan digunakan dengan tepat. Hal tersebut bertujuan untuk menjalin silaturahmi, yang jauh menjadi dekat, dan yang dekat semakin di dekatkan, tapi balik lagi harus sesuai dengan aturannya. Namun, zaman pula yang mengubah itu semua. Kini bukan hanya sekedar silaturahmi, namun dijadikan media interaksi secara bebas tanpa batas. Astaghfirullah, sungguh dahsyatnya jebakan dunia maya untuk menjerumuskan kita. Dan sungguh bodohnya, kita terjerumus didalamnya.

Postingan kali ini bukan ingin membahas tentang kejadian hilangnya orang atau pemerk*saan yang diakibatkan dunia maya ya Sahabat HIjrah, namun akan membahas tentang ta'aruf, sebagaimana yang sudah ku beritahukan pada paragraf sebelumnya 

Kasus ta'aruf ini sangatlah memprihatinkan. Seorang Ikhwan sebegitu mudahnya memaknai ta'aruf hanya dengan melihat Akhwat yang dinilai bagus kualitas agamanya, ia langsung berani mengungkapkan kata 'ta'aruf' tanpa perantara didalamnya.

"Sebenarnya apa sih ta'aruf itu ? Bagaimana sih cara yang benar melakukannya?".  Nah kali ini, tepat pada postingan ini juga InshaaAllah akan di bahas, InshaaAllah akan mengetahui jawabannya dan InshaaAllah menjadi renungan untuk semuanya. Aamiin

Bismillahirrahmanirrahim.... 

Menurut sumber yang pernah Aku baca. Dalam artian bahasa Arab  Ta'aruf artinya Perkenalan. Tapi balik lagi, perkenalan seperti apa yang dimaksud. Perkenalan yang dilakukan oleh pihak ketiga dari pihak Ikhwan maupun Akhwat. 

Jangan sekali-kali memaknai kata "ta'aruf" secara sempit, pelajari dulu serangakaian tata cara ta'aruf atau kaidah-kaidah yang dibenarkan oleh Islam. JIka memakai kata ta'aruf untuk bebas berinteraksi dengan lawan jenis, lantas apa bedanya yang telah mendapat hidayah dengan yang masih jahiliyah? Sungguh tidak ada bedanya bukan ? (Mari coba kita masing-masing renungkan)

Dalam ta'aruf, mereka (pihak ketiga) saling mengenalkan keadaan masing-masing. Seperti halnya penyakit yang sedang diderita, apa pekerjaannya, bagaimana latar belakangnya serta pertanyaan yang lainnya. Bila terjadi kecocokan antara mereka, bisa dilanjutkan ke proses khitbah (lamaran), dan bila tidak cocok, ta'aruf bisa dihentikan. Bukan malah bertindak sendiri sehingga bertanya sesuka hati dan bebas berinteraksi tanpa henti.


Banyaknya jaringan sosial di dunia maya menjadikan Akhwat dan Ikhwan mudah berinteraksi tanpa batas. Ikhwannya membabi buta dan Akhwatnya terpedaya.... Naudzubillah~ Sungguh mengerikan, bermesraan di dunia maya, dan syaitanpun tak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Lalu tertancaplah rasa, bermekarlah di dada, sedangkan belum ada sertifikat halal diantara keduanya. Astaghfirullah…Bukan ta’aruf yang seperti itu yang Rasulullah ajarkan ya Sahabat Hijrah.

Wahai Ikhwan, Jangan sekali-kali Permainkan Ta’aruf!
                                 
Muslimah  itu seperti mutiara, tidak sembarang orang boleh menyentuhnya, tidak sembarang orang boleh memandangnya bahkan tidak sembarang orang bisa memilikinya. Jika kalian punya keinginan untuk menikahinya, carilah cara yang baik yang dibenarkan Islam. Temui walinya atau carilah informasi tentang Akhwat melalui pihak ketiganya. Jika maksud ta’arufmu untuk menggenapkan separuh agamamu, silahkan saja, tapi prosesnya jangan sampai keluar dari koridornya.

Sejujurnya, Aku menulis kata-kata ini penuh pertimbangan, MENGAPA ? Sebab, Akupun termasuk tokoh dalam cerita ini. Aku mengalaminya sendiri dalam kehidupanku, dimana Ikhwan sangat mudah sekali mengatakannya kepada Akhwat yang jelas-jelas masih goyah imannya, masih terkena bujuk rayu (bukan mahrom) nya bahkan masih sering syeitan menggodanya.

Tapi entah mengapa, Aku ingin sekali posting ini, postingan yang menurutku pantas untuk jadi renungan, khususnya untukku dan umumnya untuk Sahabat Hijrah sekalian.

Kata-kata yang membuatku sangat amat tertegun, lantas apa bedanya seseorang yang telah mendapat hidayah dengan yang masih jahiliyah ?.
*Astaghfirullah….
*Ampuni atas kekhilafan hambamu ini ya Allah..

_Ukhti Herli_




Kamis, 09 Juni 2016

JANGAN JADI ORANG MUNAFIK YAAA...


Assalamualaikum Sahabat Hijrah dimanapun berada J Semoga sehat selalu dan lancar puasanya, Aamiin…

Ga kerasa ya udah hari ke-4 kita puasa. Dan yang bikin lebih ga kerasa lagi, 26 hari lagi kita bakal lebaran hehe

Hmm.. Eitsss tapi tunggu dulu, posting kali ini Aku bukan mau bahas lebaran apalagi baju baru yang dipakai dihari raya, tak punya pun tak apa-apa yah..
*Lho kok malah nyanyi ?*
*eh maap maap*

Mungkin soal persiapan lebaran, nanti Aku akan posting lain waktu (semoga masih ada umur ya, Aamiin) tapi masih mungkin lho ya belum pasti (CATET : BELUM PASTI)
*yaah pembaca kecewa deh* L                                 

Tapi jangan sedih gitu dong apalagi sampai manyun-manyun, inget lagi puasa lho, coba ayo senyum dulu hehe.. Nah kan kalo senyum aura kasihnya keliatan hehe
*Aura wajah Herli Aura wajah*
*Eh,, Iya iya*

Posting kali ini juga ga kalah seru kok dengan persiapan lebaran, gimana ga seru, coba deh Sahabat Hijrah baca lagi judulnya













*ciyeee beneran dibaca lagi wkwk*
JUDULNYA : JANGAN JADI ORANG MUNAFIK YA…

Nah Sahabat Hijrah pasti bertanya-tanya nih kenapa Aku ambil judul ini ? Aku ambil judul ini karena menurutku sejak dahulu bahkan sampai saat ini yang namanya orang munafik itu sudah meraja lela, belum hilang, bahkan ga akan pernah hilang.

Sebelum ke pembahasan, Aku mau nanya dulu nih menurut Sahabat Hijrah “Apa sih tanda-tanda dari orang MUNAFIK itu ?”.
Banyak yang mengatakan “Lah lo mah munafik, dasar muna” dan semacam jenisnya. Tapi, tau ga sih tanda-tanda orang munafik sendiri itu apa ? Ada yang mengatakan bahwa munafik itu yang didepan berkata baik, eh pas di belakang di jelek-jelekin bahkan ada yang mengatakan pula bahwa munafik itu orang yang ingkar akan janjinya. Ya, itu semua benar. Sangatlah benar.
Oyah, Sahabat Hijrah tau ga dulu pernah ada lagu yang liriknya begini

Bila engkau berbicara, lain di bibir lain di hati
Dan bila engkau berjanji, selalu engkau ingkari
Dikala engkau dipercaya, lalu kau mengkhianatinya
Lalu kau mengkhianatinya
Itu munafik namanya..
Itu munafik namanya…

Pasti Sahabat Hijrah tau dong ya lagu itu ? Lagu dangdut yang dinyanyikan oleh teteh Ikke Nurjanah sebelum Aku lahir :D (kurang tau deh tuh tahun berapanya HAHA)
*Teteh Ikke baca posting Aku dong, udah Aku kasih tau tuh siapa yang nyanyinya (ngarep)*

Eitsss…
Tapi itu hanyalah lirik lagu lho ya, nih ada hadist yang menjelaskan tanda-tanda orang munafik.
“Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia ingkar dan apabila di percaya dia berkhianat” (H.R Bukhari)
Nah, sekarang sudah tau kan orang munafik itu seperti apa ? Apa jangan-jangan tanda seperti itu ada disekeliling kita ?
*Gaboleh suudzon Herli*
*Astaghfirullah afwan L*.

Diantara Sahabat Hijrah, ada ga di dalam hati yang mengatakan ‘apasih untungnya jadi orang munafik? Kenapa mereka melakukan itu?’. Okey, Aku jawab ya. Menurut Aku, munafik itu gada untungnya, sama sekali gada untungnya. Mungkin awalnya mereka menganggap dengan seperti itu akan di segani, tapi coba Sahabat Hijrah fikirkan : 
Bagaimana mungkin disaat ketahuan apa yang dibicarakan itu dusta, akan disegani orang  ?
Bagaimana mungkin juga orang yang berjanji setelahnya ingkar, akan di puja puji orang ? 
Atau bagaimana mungkin orang yang dipercaya lalu berkhianat, akan tetap dipercaya ? 

Tidak mungkin disegani, tidak mungkin dipuja-puji dan bahkan tidak akan mungkin  di percaya.

Terus beristighfar ya Sahabat Hijrah… Terus mengingat Allah..
Semoga Sahabat Hijrah bukan termasuk orang yang Aku posting yaaaa… hehe

*NOTES :
Orang munafik itu banyak ruginya. Udah jadi bahan omongan orang, dijauhi orang, tidak dipercaya orang dan yang lebih parahnya lagi dapat dosa. Naudzubillah


""""""""""""""""""""""""""

 _Ukhti Herli_

Selasa, 07 Juni 2016

Stop BUKBER kalo MAKBER!!!



Assalamualaikum Sahabat Hijrah... J


Gimana punya kabar ? Semoga sehat selalu dan tetap dalam lindunganNya, Aamiin :)
Afwan sebelumnya ya baru bisa posting sekarang, maklum sibuk hehe &=* (Bukan sombong lho wlee :p)

Aku mau ucapin "MARHABAN YA RAMADHAN" nih bagi yang menjalankan. Afwan  jika banyak kesalahan sebab diri ini tidaklah sempurna melainkan sedang berusaha untuk menyempurnakan ~

*WISHES : Semoga puasa ditahun ini kita semua mendapatkan malam Lailatul Qadar, diampuni segala dosanya, mendapatkan keberkahan serta menjadi pribadi yang lebih baik lagi, Aamiin~ (Yang penting bersyukur masih dikasih kesempatan)

Pada posting kali ini, tepat hari kedua puasa Ramadhan, Aku akan posting dengan judul 'STOP BUKBER KALO MAKBER'

Mungkin kalian sudah pada tau apa itu BUKBER ? Bahkan sudah sering mendengar dan tidak asing lagi di telinga kita, ditambah lagi saat bulan puasa ini, pasti kata-kata 'Bukber' itu bergentayangan dimana-mana hmmm betul apa betul ? Ya, BUKBER kependekan dari Buka Bersama. Maknanya ambigu banget ya, tapi buka disitu maksudnya buka puasa lho. Entah dari mana kependekan itu tercetus ataupun berdiri Akupun tidak mengetahuinya~~
*Padahal gapunya kaki ya, tapi kok bisa berdiri*
*Hmm kok bisa ya???*
*Sudah sudah jangan dipikirkan*
*Oke, Lanjut!*

 Ada sebagian yang mengatakan Bukber, ada juga yang mengatakan Bubar.  Tapi tetap saja artinya sama.
*Perpisahan kali bubar BHAHAH*
*Eh maap maap*

Buka Puasa Bersama atau yang sering kita sebut Bukber  sudah menjadi sebuah ritual, tradisi bahkan sebuah keharusan yang tidak boleh ditinggalkan disaat bulan Ramadhan ini. Banyak yang mengatakan "Ayo sih bukber, kapan lagi kita bisa kumpul bareng?, Bukber yuk, setahun sekali lho ga tiap hari ini" dan perkataan semacamnya"

Tradisi atau keharusan itu di mulai dari buka bersama Perguruan Tinggi, buka bersama alumni SMA, buka bersama alumni SMP, buka bersama alumni SD dan lebih parahnya lagi buka bersama alumni TK. Kebayang banget kan kalo semuanya ngajak buka bersama ? Dalam hati berkata *Bisa bangkrut Aku*, namun tetap saja mengikuti ritual tersebut saat diajak HAHA (pengalaman).

Disaat sedang asyik berbuka serta bersenda gurau bersama teman lama, pasti ada masalah fatal yang terjadi. Masalah yang ga pernah diperhatiin oleh sekumpulan orang yang mengadakan buka puasa bersama. Masalah apa itu ? Ya, masalah SALAT.

Coba deh kalian pikirin. Saat adzan berkumadang tepatnya adzan Maghrib, orang-orang sibuk berbuka, sibuk makan, sibuk minum, bahkan yang lebih parahnya sibuk tertawa cekikikan seperti kuntilanak. Naudzubillah… L

Dari kesibukan tersebut, adakah yang sibuk bergegas melaksanakan salat Maghrib? MUNGKIN ADA, tapi ga banyak. Bener ga ????
Kebanyakan sibuk dengan pribadinya masing-masing sampai waktu Maghrib telah habis dan berganti Isya, bahkan ada yang tidak sadar bahwa telah adzan maghrib. Astaghirullah~  Salat itu kewajiban, walaupun bukber itu sebuah keharusan bagi sebagian orang.

Jangan pikirin atau bahas soal tarawih dulu deh, yang wajibnya saja ditinggalkan apalagi yang sunnah. Salat Isya, yang wajib dilakukan sebelum salat tarawih, itu akhirnya bablas juga. Maghrib dan Isya kelewat begitu saja, gara-gara keasyikan ngobrol saat ‘Bukber’. Astaghfirullah hal adzim~ L

Kalau sudah begitu, yang niat awalnya silaturahmi untuk mendapatkan pahala malah jadi dosa. Bukannya buka puasa bersama (BUKBER) malah jadi maksiat bersama (MAKBER). Sama-sama meninggalkan kewajiban tanpa ada yang mengingatkan.. *sungguh syaitan telah berhasil merayu kita*

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (Q.S Al-Ashr)

Semoga sahabat hijrah tidak termasuk ya..
Walaupun sebelumnya pernah melakukan, namun kini sadar bahwa hal tersebut tidaklah benar. J

Rabu, 01 Juni 2016

Hidup itu seperti TASBIH~


Hidup itu sederhana
Namun manusialah yang mempersulit dengan rencana
Hidup bukanlah tentang bagaimana menemukan diri 
Melainkan bagaimana menciptakan diri

Hidup itu seperti tasbih 
Terdapat satu benang dengan banyaknya butiran yang terpasang
Bukan tasbih namanya jika hanya satu butir
Dan bukan hidup namanya jika hanya ada satu rasa

Hidup itu seperti tasbih
Berawal dan berakhir di titik yang sama, seperti tasbih pula yang selalu melingkar
Kemanapun pergi dan lari, tetap berada dalam lingkaran takdirNya

Kehidupan akan sempurna
Dan tasbih akan indah
Jika melewati serangkaian butiran tawa, canda, tangis, berhasil dan  pasang
Hingga butiran yang dimana semua orang tak menginginkannya yaitu KONFLIK~


Ukhti Herli
01 Juni 2016